cara memasang naruto  dan onepiece serta cartoon bergerak gif

Senin, 07 November 2016

Rabunnya Mata Batinmu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh KH A Hasyim Muzadi

 --Ijtihaaduka Fiimaa Dhumina Laka
Wa Taqshiiruka Fiimaa Thuliba Minka
Dalillun ‘Alaa Inthimaasil Bashiiroh Minka :

Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu
dan kelalaianmu melaksanakan apa yang dituntut darimu,
adalah bukti dari rabunnya mata batinmu—


--Ibnu ‘Athaillah—


Hidup dan kehidupan adalah anugerah Allah SWT. Kehidupan bukanlah satu-satunya anugerah yang Allah berikan kepada para makhluk-Nya. Selain anugerah kehidupan, Allah juga menyiapkan pemberian kematian. Kehidupan memiliki awal dan akhir. Hanya Allah yang Maha Hidup dan tak pernah mati. Ketika menganugerahkan kehidupan, Allah telah menyiapkan di dalamnya semua kebutuhan manusia untuk dapat mengelola nikmat kehidupan. Semua anugerah Allah baik adanya.

Setelah kematian datang, tempat kembali semua makhluk hidup adalah Allah semata. “Tsumma Ilayya Marji’ukum—kemudian kepada-Ku lah tempat kalian semua pulang,” demikian bunyi firman-Nya yang sering diingatkan oleh para guru kepada kita. Sebelum akhirnya benar-benar pulang, Allah menjadikan kehidupan sebagai tempat manusia mempersiapkan segala hal agar, secara sendiri-sendiri, mereka dapat mempertanggungjawabkan anugerah kehidupan kepada Allah SWT.

Untuk memudahkan tugasnya, manusia tak perlu mengejar sesuatu yang berada di luar yang dituntut darinya. Allah sudah menyiapkan dan mengatur semua. Tugas manusia adalah menjadi khalifah agar kehidupan di dunia dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kemakmuran kehidupan akhirat. Maksimal dalam arti mampu memberi makna dan manfaat sebanyak-banyak kepada sesama makhluk hidup, utamanya antarsesama anak manusia.

Kita lahir dengan ketetapan yang sudah digariskan Allah dari sejak alam azali. Siapa jodoh kita, menurut banyak riwayat, sudah disiapkan. Di belahan tanah mana kita akan mengakhiri hidup, juga sudah digariskan. Rejeki sebanyak apa yang akan kita butuhkan, juga sudah ditentukan. Derajat setinggi apa yang akan kita peroleh di tengah kehidupan, juga sudah dituliskan. Semua garis ketetapan itu mengarah kepada satu tujuan : menghamba hanya kepada Allah SWT.

Karena kita dicipta hanya untuk menghamba, mengabdi dan menyembah Allah, maka semua yang kita lakukan harus diniatkan untuk ibadah. Ibadah yang tulus dan hanya ditujukan untuk Allah, akan melahirkan ketulusan dan keridhaan di dalam diri kita. Ibadah yang tidak diniatkan untuk Allah, tertolak. Ibadah yang niatnya campur aduk dengan niat selain untuk Allah, juga akan tertolak. Allah tidak berkenan “diduakan” karena memang tidak ada “syariika” bagi-Nya.

Menduakan Allah bisa dilakukan oleh siapa saja ketika mata batinnya sudah rabun. Mata batin yang rabun adalah akibat langsung dari ketidakmampuan kita memilah mana yang menjadi tugas dan bagian kita dan mana yang sudah menjadi kehendak Allah. Menjaga kesehatan dengan berolahraga secara teratur adalah baik, tetapi meniatkannya untuk selain ibadah, itu berada di luar yang dimintakan agama kepada kita. Apalagi kalau olahraga hanya untuk gagah-gagahan.

Bekerja keras mengumpulkan harta adalah bentuk kasbul ‘aisy yang diperintahkan agama. Tapi mengumpulkan materi hingga berlebih-lebihan adalah tercela. Terlebih kalau menggunakan cara-cara yang dilarang oleh agama. Berlebih-lebihan dalam urusan “beginian” jelas akan membuat mata batin kita rabun. Mata batin yang rabun akan sulit membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Hanya mata batin yang sehat yang akan mampu menjadi pelita.

Allah tidak menginginkan kita berlebih-lebihan dalam segala hal. Hatta untuk hal-hal yang dianjurkan sekalipun. Bersedekah adalah tuntunan yang baik tetapi Allah mengingatkan kita untuk tidak berlebih-lebihan dalam bersedekah. Allah mengingatkan bahwa sedekah bisa batal gara-gara disertai dengan niat pamer dan menistakan orang. Membuat orang malu saat menerima sedekah kita, adalah tindakan tercela. Agama melarang sedekah dengan cara ini.

Melaksanakan shalat adalah baik tetapi berlebih-lebihan dalam menunaikan ibadah ini hingga melupakan ibadah sosial, diancam Allah dengan Neraka Wayl. Duduk i’tikaf di dalam masjid adalah baik. Tetapi berlama-lama di sudut-sudut rumah ibadah hingga lupa kebawajiban menghidupi keluarga, diancam dengan kemurkaan Allah. Agama mengajarkan kita untuk melakukan apa yang diminta “saja” bukan sesuatu yang melampaui itu semua. Sebab, kemampuan setiap orang sudah terukur.

Meninggalkan keluarga dan lingkungan yang miskin untuk berangkat perang ke Irak, Suriah, Libya, Tukri, Palestina, tidak dituntutkan oleh agama. Memenuhi hak-hak orang terdekat adalah sebuah kewajiban. Bahkan, berangkat umroh dan haji berkali-kali di luar yang diwajibkkan tapi masyarakat di sekitarnya tenggelam dalam kepapaan yang akut, adalah dosa. Mengentaskan saudara-saudara dari kemiskinan menjadi tugas kita sebagai khalifah Allah di atas bumi ini.

Ketika mata batin hanya dapat diperoleh dengan cara beribadah penuh ketulusan hanya untuk Allah, maka semua ikhtiar ke arah itu adalah wajib. Wudhu menjadi wajib bagi seseorang yang akan menunaikan ibadah salat, tawaf, mengenakan pakaian ihram, meski awalnya hanya dianjurkan. Mari melakukan apa yang sudah digariskan dan menerima ketetapan yang telah digariskan oleh Allah. Tidak berlebih-lebihan, hatta untuk ha-hal yang dianjurkan. Wallaahu A’lamu Bishshowaab. (*)

Sabtu, 08 Oktober 2016

BAHAGIA

Sebuah pengalaman yang saya baca ini, bisa saya jadikan pelajaran dalam memahami kehidupan.


Dua orang baik tapi mengapa perkawinan tidak berakhir bahagia?

Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik....., pagi hari ayah hanya bisa makan bubur.

Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi....., dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.

Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat panci. Setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikitpun.

Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi rumah orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.

Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin. Namun, di mata ayahku, Ia (ibu) bukan pasangan yang baik. Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, saya tidak pernah memahaminya.

Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istirahat anak-anak....., Ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berprestasi dalam pelajaran.

Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno. Ayah saya adalah seorang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.

Hanya saja, di mata ibuku, Ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman. Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.

Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik.

Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri, "Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?"

PENGORBANAN YANG DIANGGAP BENAR

Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan-lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.

Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri.

Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia. Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati.

Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia..... Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata, "Istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik!" Dengan mimik tidak senang saya berkata, "Apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum dipel?"

Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama ayah. Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkwinan mereka. Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.

YANG KAMU INGINKAN?

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah saya..... Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam perkawinannya.

Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan, Ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, ibu jarang menemani ayah, ibu sibuk mengurus rumah, Ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.

Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku. Cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, "Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia."

KESADARAN MEMBUAT SAYA MEMBUAT KEPUTUSAN (PILIHAN) YANG SAMA

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.

Saya bertanya pada suamiku, "Apa yang kau butuhkan?"

"Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apalah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku!", ujar suamiku.

Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakaianmu.... dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya.

"Semua itu tidak penting-lah!", ujar suamiku.

"Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku."

Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut. Kami meneruskan menikmati kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara yang diinginkan pasangan kita.

JALAN KEBAHAGIAAN

Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku. Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.

Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.

Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar. Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.

Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan.

Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, perkawinan yang kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup.

Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota. Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing.

Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.

Bertanya pada pasangan kita, "Apa yang kau inginkan?", kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.

Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, MEREKA TERLALU BERSIKERAS MENGGUNAKAN CARA SENDIRI DALAM MENCINTAI PASANGANNYA, BUKAN MENCINTAI PASANGANNYA DENGAN CARA YANG DIINGINKAN PASANGAN KITA.

Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun....., pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.

Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, SETIAP ORANG PANTAS DAN LAYAK MEMILIKI SEBUAH PERKAWINAN YANG BAHAGIA, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan oleh pasangan kita! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri.....

Perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan.....

copy By: Reza Widyaprastha

Selasa, 04 Oktober 2016

Selamat Menikmati Perjalanan


Ketika hidup kita terasa berhenti dilampu merah, mau nyusul mobil depan gak bisa, mau tinggalin mobil dan nerusin jalan kaki gak mungkin, mau klakson klakson teriak tetap saja lampu tidak berubah mendadak jadi hijau malah bikin orang orang disekitar kita marah, dan gak kebayang ketika semua orang lalu turun dari mobil dan gedor gedor kaca kita karena berisik dan yang akan lebih heboh lagi ketika semua ikut membunyikan klakson, nah hancur deh dunia ...

Bayangkan ketika itu adalah hidup kita, saat diuji Allah dengan kesakitan, berada disatu keadaan yang kita tidak punya pilihan harus bagaimana, harus lari kemana, atau haruskah meninggalkan hidup seperti kita meninggalkan mobil kita dilampu merah, tentu TIDAK, atau teriak teriak agar orang dengar bahwa kita menderita sementara Allah tetap tak mengubah hidup kita, tak membuat lampu menjadi hijau...

Allah Maha Baik, dan tidak ada ujian diluar batas kemampuan kita, yang harus kita lakukan bukan meminta lampu segera menyala hijau tapi membuat diri kita menikmati saat saat lampu merah, sabar, kita bisa menikmati sejenak pemandangan, kita bisa mengistirahakan kaki kita dari pedal, dan selonjor sejenak, kita bisa mengganti musik di audio, bahkan kita bisa berbisik, Allah.. Allah ... Allah ...

So, selamat menikmati setiap ujian, perbanyak stock sabar agar gak kehabisan, seperti mobil kehabisan bensin dilampu merah, semakin lama lagi berhentinya ...

Salam



BY RINDU Penulis Buku Perempuan Pencari Tuhan 1-3

Jumat, 26 Agustus 2016

Etika tata krama & kesederhanaan.



Anak anak yang dididik dalam keluarga yang penuh kesantunan,

Etika tata krama & sikap kesederhanaan akan tumbuh menjadi anak anak yang tangguh,

Disenangi & disegani banyak orang.

Mereka tau aturan makan table manner di restoran mewah.

Tapi ngga canggung makan di warteg kaki lima.

Mereka sanggup beli barang barang mewah.

Tapi tau mana yang keinginan dan kebutuhan.

Mereka biasa pergi naik pesawat antar kota.

Tapi santai aja saat harus naik angkot kemana mana.

Mereka berbicara formal saat bertemu orang berpendidikan.

Tapi mampu berbicara santai bertemu orang jalanan.

Mereka berbicara visioner saat bertemu rekan kerja.

Tapi mampu bercanda lepas bertemu teman sekolah.

Mereka ngga norak pas ketemu orang kaya.

Tapi juga ngga merendahkan orang yg lebih miskin darinya.

Mereka mampu beli barang barang bergengsi.

Tapi sadar kalo yang membuat dirinya bergengsi adalah kualitas & kapasitas dirinya,

bukan dari barang yang dikenakan.

Mereka punya..

Tapi ngga teriak kemana mana.

Kerendahan hati yang membuat orang lain respect dengan dirinya.

Jangan didik anak dari kecil dengan penuh kemanjaan,

Apalagi sampai melupakan kesantunan & etika tata krama.

Hal-hal sederhana tentang kesantunan seperti :

Pamit pas pergi dari rumah,

Permisi saat masuk ke rumah temen

(karena ternyata banyak orang masuk ke rumah orang ngga punya sopan santun,

ngga nyapa orang orang yg ada di rumah itu).

Balikin pinjeman uang sekecil apapun,

Berani minta maaf pas ada kesalahan & tau terima kasih kalo dibantu sekecil apapun.

Kelihatannya sederhana, tapi orang yang ngga punya attitude itu enekkin buanget.

Bersyukurlah, bukan karena kita terlahir di keluarga yang kaya atau cukup.

Bersyukurlah kalau kita terlahir di keluarga yang mengajarkan kita kesantunan,

Etika tata krama & kesederhanaan.

Karena ini jauh lebih mahal daripada sekedar uang.

Senin, 09 Mei 2016

Introspeksi Bagian Dalam Hidup

Sebuah Kesadaran dan Penyesalan Seorang Steve Jobs di Saat-saat Akhir Hidupnya 


Dalam dunia bisnis, aku adalah simbol dari kesuksesan, seakan-akan harta dan diriku tidak terpisahkan, karena selain kerja, hobbyku tak banyak.

Saat ini aku berbaring di rumah sakit, merenung jalan kehidupanku, kekayaan, nama, kedudukan semuanya itu tidak ada artinya lagi.

Malam yang hening, cahaya dan suara mesin di sekitar ranjangku, bagaikan nafasnya maut kematian yang mendekat pada diriku.

Sekarang aku mengerti, seseorang asal memiliki harta secukupnya buat diri gunakan itu udah cukup. Mengejar kekayaan tanpa batas bagaikan monster yang mengerikan.

Tuhan memberi kita organ-organ perasa, agar kita bisa merasakan cinta kasih yang terpendam dalam hati kita yang paling dalam. Tapi bukan kegembiraan yang datang dari kehidupan yang mewah --- itu hanya ilusi saja.

Harta kekayaan yang aku peroleh saat aku hidup, tak mungkin bisa aku bawa pergi. Yang aku bisa bawa adalah kasih yang murni yang selama ini terpendam dalam hatiku. Hanya cinta kasih itulah yang bisa memberiku kekuatan dan terang.

Ranjang apa yang termahal di dunia ini? Ranjang orang sakit. Orang lain bisa bukakan mobil untukmu, orang lain bisa kerja untukmu, tapi tidak ada orang bisa menggantikan sakitmu. Barang hilang bisa didapat kembali, tapi nyawa hilang tak bisa kembali lagi.

Saat kamu masuk ke ruang operasi, kamu baru sadar bahwa kesehatan itu betapa berharganya.

Kita berjalan di jalan kehidupan ini. Dengan jalannya waktu, suatu saat
akan sampai tujuan. Bagaikan panggung pentaspun, tirai panggung akan tertutup, pentas telah berakhir.

Yang patut kita hargai dan sayangkan adalah hubungan kasih antar keluarga, cinta akan suami - istri dan juga kasih persahabatan antar teman.

HARGAI SETIAP DETIK DALAM KEHIDUPAN KITA , ISI HIDUP KITA DGN PERKARA PERKARA YANG TDK BISA DIBELI DENGAN UANG .

Semoga kisah Steve Jobs ini dapat kita ambil hikmahnya bahwa hidup bukan semata-mata untuk mencari kekayaan saja. Apa gunanya kekayaan jika tidak bahagia? Apa gunanya kekayaan jika kita sakit lalu kemudian meninggal?

Memang uang akan mempermudah hidup seseorang, tapi uang bukanlah segalanya sehingga kita akhirnya diperbudak olehnya. Semoga kisah ini dapat menginspirasi dan menyadarkan kita yang selama ini selalu mengejar-ngejar harta duniawi dan melupakan hakikat hidup yang sesungguhnya.

Senin, 02 Mei 2016

MBILUNG BINGUNG Sedang Uro-Uro (Bernyanyi Tembang Jawa - Mijil)

"Dedalane Guno Lawan Sekti

Kudu Andap Asor
Wani nGalah Luhur Wekasane
Tumungkulo Yen Dipun Dukani
Bapang Den Simpangi
Ono Catur Mungkur"


MBILUNG BINGUNG kemudian menjelaskan maknanya sebisa-bisanya saja sebagai berikut:

1. "Dedalane Guno Lawan Sekti" artinya Jalan Hidup agar kita dapat menjadi tangguh dan berguna bagi sesama hidup. Pada hakekatnya hidup kita itu mempunyai dua tujuan yakni: agar hidup kita di Alam Fana ini dapat berguna bagi masyarakat luas dan seluruh ciptaan TUHAN sambil Mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi di Alam Baqa

2. "Kudu Andap Asor" artinya Harus dapat merendahkan diri atau harus dapat bertenggang rasa terhadap sesamanya dan harus dapat pula menghargai orang lain

3. "Wani nGalah Luhur Wekasane" artinya Berani Mengalah agar dikemudian hari dapat diluhurkan oleh orang lain. Berani Mengalah bukan berarti kita kalah. Pada umumnya orang justru berani menang melawan orang lain. Padahal musuh kita yang paling utama adalah Diri kita atau Ego kita sendiri. Melawan diri sendiri atau ego kita sendiri tidak mudah dilakukan namun apabila kita berhasil maka kita akan mendapat pujian sebagai orang yang arif dan bijak

4. "Tumungkulo Yen Dipun Dukani" artinya Kita sebaiknya menundukan kepala sambil merenung, jangan serta merta kita membantah ketika mendapat amarah atau teguran atau peringatan baik dari Orang Tua atau Orang yang dituakan atau siapa saja bahkan dapat juga berupa peringatan dan cobaan dari Alam Semesta maupun dari TUHAN YMK

5. "Bapang Den Simpangi" artinya kita harus menjauhkan diri dari sifat Hura-hura. Bapang adalah sejenis tarian Jawa yang berkonotasi sarat dengan hura-hura yang sama sekali tidak bermanfaat bagi kehidupan diri sendiri maupun kehidupan bersama dalam masyarakat. Dari pada kita hanya berhura-hura maka akan lebih baik apabila kita kerja dan kerja yang bermanfaat

6. "Ono Catur Mungkur" artinya Pada Dasarnya apa yang kita perbuat sangat dimungkinkan akan dapat menimbulkan pergunjingan terlebih lagi berbuatan yang tidak baik. Ironisnya dalam pergunjingan terkadang dikaitkan dengan kedudukan Orang Tua kita dengan pertanyaan khas "Anak Siapa dia"

Jumat, 08 April 2016

SIAPA YANG BERGOLONGAN DARAH O? MAKA ANDA WAJIB BACA YANG SATU INI OKE....!!!!





Yang mempunyai golongan darah O siapa nih?

Golongan darah masing-masing orang mempunyai keunikkannya semasing, misalnya grup darah B yang to the point (bicara apa yang ada tidak ada bertele-tele), A yang emosian, dan AB yang adem ayem. Tetapi dari semuanya tipe grup darah, yang mempunyai golongan darah O yakni yang paling sedikit. Lalu seperti apakah si O ini? Berikut ini yakni beberapa karakter khas si O yang popular sangat dermawan dan baik. Apabila anda memiliki rekanan bergolongan darah O, anda harus membuat perlindungan hubungan kalian baik-baik supaya dia tidak pergi dari sisimu!

Orang yang bergolongan darah O itu :
1. Sangat menghormati yang namanya relationship, oleh karena itu, mereka tentu sangat menghormati yang namanya persahabatan dan mereka ikhlas berkorban karenanya.

2. Tidak umum untuk memulai satu hubungan yang akrab dengan orang lain.

3. Apabila sudah memutuskan untuk kerjakan satu hal, pasti akan diakukan sampai akhir.

4. Ikhlas melepas orang yang disukai dan hanya melihat kepergiannya dengan bersedih hati tetapi sampai kapanpun tidak akan pernah diungkapkan.

5. Waktu ada satu hal yg tak dia gemari, dia akan menutupinya dan berlagak kuat dan mandiri.

6. Terlihat kuat dari luar dan sering mengeluarkan pengucapan yang tajam, tetapi sebenarnya dia sangat mudah tersakiti hatinya.

7. Sangat tulus dan ikhlas, dia akan mengingatmu seumur hidupnya apabila anda sangat berkesan baginya.

8. Sangat mudah terharu.

9. Sangat sensitif dan sembarangan tetapi tidak perhitungan. Dia sukai membantu orang lain, tetapi seringkali dia berlagak tak memahami apa-apa.

10. Menjunjung tinggi yang namanya keadilan, dia kan berusaha meluruskan semuanya persoalan yang menurutnya tidak sepantasnya ada. Dia juga tidak sukai pada yang namanya kebohongan dan penipuan.

11. Tidak akan pernah berikan kepercayaan pada orang yg tidak bisa diandalkan ataupun pemalas, karena si O ini orang yang mempunyai prinsip.

12. Berambisius, walau sudah salah, dia tidak akan pernah menyerah.

13. Walau sering kuatir akan kegagalan, tetapi dia selalu berusaha tampak kuat dari luar penampilannya.

14. Tidak lagi pernah menyimpan dendam dan cepat sekali lupa dengan kesalahan orang lain.

15. Akan mengingat masing-masing kebaikan orang lain.


Repost : http://infosehatt.blogspot.co.id/2016/03/siapa-yang-bergolongan-darah-o-maka.html